Sesungguhnya kematian merupakan hakekat yang menakutkan, akan mendatangi seluruh orang yang hidup. Semuanya tidak kuasa menolaknya, tidak ada seorangpun di sekitarnya yang mampu menahannya. Maut merupakan ketetapan Allah, seandainya ada seseorang selamat dari maut, niscaya manusia yang paling mulia yang akan selamat. Namun maut merupakan SunnahNya pada seluruh makhlukNya. Allah berfirman:
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُم مَّيِّتُونَ
Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ) akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula). (QS. 39:30)
Tiada manusia kekal di dunia ini.
وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّن قَبْلِكَ الْخُلْدَ أَفَإِنْ مِّتَّ فَهُمُ الْخَالِدُونَ .كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ
Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? (QS. 21:34) Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. (QS. 21:35)
Kurun sepekan terakhir di bulan Oktober ini saya dikagetkan dengan 3 kematian sekaligus. 2 orang adalah orang tua dari teman dekat, dan satunya lagi seorang teman sekaligus rekan kerja yang meninggal di usia yang masih muda, dalam sepekan ini saya takziyah ke-3 tempat, dan itu sangat menggetarkan hati saya bahwa kematian begitu dekat.
Saya merasa diingatkan, bahwa suatu saat nanti akan mengalaminya.Tapi kematian yang pealing mengejutkan saya adalah kemtian teman sekaligus rekan kerja juga seorang ayah dari 4 orang anak yang masih kecil2. Teman saya ini meninggal dunia karena sirosis.
Jumat, tgl 2 Nopember kemaren saya bersama teman-teman berkunjung ke rumah sakit utnuk melihat kondisinya. Sehari sebelumnya saya sudah dapet sms bahsa sang teman dalam keadaan koma dan di rawat di salah satu RS swasta terkenal di Surabaya.
Tiba disana kita langsung menuju kamar 1205, disana sudah banyak rekan-rekan kerja lain yang ikut menjenguk dengan wajah-wajah murung. Memasuki kamar ternyata kondisinya sangat memprihatinkan. Terbaring koma dengan tubuh yang sangat kurus dengan warna kulit yang kuning seperti kuning telor, sesekali jeritan yang menyayat hati memenuhi ruangan.
Betapa hebatnya virus hepatitis yang menghancurkan hati dan tubuhnya dalam waktu yang tidak terduga.
Seketika saya dan teman-teman menangis sesak.Tidak tega dengan penderitaan-Nya. belum lagi melihat kondisi istrinya yang tak henti menangis sedangkan empat anaknya yang masih kecil-kecil sibuk berlarian di koridor RS, khas kepolosan anak-anak. Dan itu sungguh membuat tangis semakin tak terbendung.
Tim medis sudah 'angkat tangan', satu-satunya jalan dengan cangkok hati, tapi itu memerlukan biaya besar.
Menurut cerita dari keluarganya, sang teman baru tahu bahwa penyakit yang dideritanya ketika dia berniat mendonorkan darahnya ke PMI. Darahnya ditolak karena menurut petugas donor ada virusnya.
Kemudian dia memeriksakan ke dokter dan ternyata menderita hepatitis B stadium akut.
Sejak itu sang teman sering keluar masuk RS hingga dokter memvonis sirosis.
Sekitar 1 jam, kita pamit pulang sembari menitipkan doa untuk sang teman. Keesokan harinya usai sholat subuh saya menerima sms yang mengabarkan sang teman sudah meninggal dunia.
Inna lillahi Wa Inna Ilaihi Roji'un... Dan saya pun masih terbayang ketika dia sehat dulu.
Ah.. siapa yang mengira datangnya kematian. Kematian tak berpihak.. yang gagah, yang perkasa, yang lemah yang tua yang muda, yang kaya yang miskin, yang siap yang tak pernah siap.
Kematian tak bermata.. bertindak atas perintah-Nya. Sekali mencabut terlepaslah nyawa dari raga.
Awas Kematian Mendadak
Kita berada di akhir zaman, banyak terjadi kematian mendadak, memang itu merupakan salah satu tanda-tanda hari kiamat. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ مِنْ أَمَارَاتِ السَّاعَةِ …أَنْ يَظْهَرَ مَوْتُ الْفَجْأَةِ
Sesungguhnya di antara tanda-tanda hari kiamat adalah…munculnya kematian mendadak. (HR. Thobaroni; Dhiya’ Al-Maqdisi; dihasankan oleh Syeikh Al-Albani di dalam Shohih Al-Jami, no: 5775)
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut di zaman ini benar-benar sudah nyata. Kita lihat seseorang yang sehat, kemudian mati tiba-tiba, orang-orang sekarang menyebutnya dengan “serangan jantung”! Maka orang yang berakal hendaklah memperhatikan dirinya, segera kembali dan bertaubat kepada Penguasanya, sebelum kedatangan kematian mendadak yang tidak dia sangka!.
Rasulullah bersabda:
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ : الْمَوْتَ , فَإِنَّهُ لَمْ يَذْكُرْهُ أَحَدٌ فِيْ ضِيْقٍ مِنَ الْعَيْشِ إِلاَّ وَسَّعَهُ عَلَيْهِ , وَلاَ ذَكَرَهُ فِيْ سَعَةٍ إِلاَّ ضَيَّقَهَا عَلَيْهِ
Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan: yaitu kematian. Karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya di waktu sempit kehidupannya, kecuali (mengingat kematian) itu melonggarkan kesempitan hidup atas orang itu. Dan tidaklah seseorang mengingatnya di waktu luas (kehidupannya), kecuali (mengingat kematian) itu menyempitkan keluasan hidup atas orang itu. (HR. Ath-Thobaroni dan Al-Hakim Shahih Al-Jami’ush Shaghir: no. 1222; Shohih At-Targhib, no: 3333)
Syumaith bin ‘Ajlan berkata:
مَنْ جَعَلَ الْمَوْتَ نُصْبَ عَيْنَيْهِ, لَمْ يُبَالِ بِضَيْقِ الدُّنْيَا وَلاَ بِسَعَتِهَا
“Barangsiapa menjadikan maut di hadapan kedua matanya, dia tidak peduli dengan kesempitan dunia atau keluasannya”. (Mukhtashor Minhajul Qoshidin, hal: 483, tahqiq: Syeikh Ali bin Hasan Al-Halabi)
Quss bin Sa’idah Al-Ibaadi, salah seorang hunafaa’, melantunkan sya’ir:
Pada orang-orang dahulu yang telah pergi (mati),
dari umat-umat (yang telah tiada) terdapat bukti-bukti yang nyata
Ketika aku melihat tempat-tempat yang dituju,
bagi kematian yang tidak ada sumber-sumbernya,
Aku melihat kaumku pergi menuju kematian,
orang-orang besar dan anak-anak kecil,
Akupun yakin, bahwa aku pasti akan pergi juga, ke mana kaumku telah pergi.