Pages

Saturday, April 6, 2013

Remeh Tapi Fatal

Mendung sore selepas pulang kerja saya dan suami menyusuri jalan menuju rumah dengan rute biasanya sambil mendengarkan siaran radio Suara Surabaya (SS) FM 100. Ketika itu salah satu penyiar mengumumkan ada kecelakaan di daerah Dharmahusada, daerah yang tidak jauh dari posisi kami saat itu meski kami tidak melewatinya.

Kecelakaan dua pengendara sepeda motor yang melibatkan seorang guru TK perempuan dan seorang pelajar SMP.
Malangnya, guru perempuan ini meninggal di TKP.
Kasihan.. gumam saya prihatin, sambil tak lupa menyisipkan doa untuk guru anak saya agar senantiasa dilindungi Allah.

Menurut berita dari SS yang juga berdasarkan informasi dari pendengar yang kontak langsung ke radio tersebut kecelakaan itu terjadi ketika sang guru ini mengendarai sepeda motor dengan arus yang berlawanan dan adik pelajar SMP yang keluar dari sebuah gang dengan kecepatan penuh.
Alhasil tabrakan itu tak terhindarkan.
Saya pikir, kok bisa meninggal ya.. (masih ga bisa trima, kasihan soalnya).
Ya karena tabrakannya keras sekali bunda, kata suami saya.

Jadi.. siapa yang salah??

Ibu Guru mengendarai sepeda motor dengan arus berlawanan, ini keliru dan fatalnya beliau meninggal.
Si pelajar adalah pengendara di bawah umur, tanpa SIM, ini apalagi, dan menghilangkan nyawa orang lain.
Dua-duanya salah.
Remeh tapi fatal kan?

Hm.. mengendara sepeda motor dengan arus berlawanan itu sudah sering kita liat, bahkan sudah biasa atau banyak yang memaklumi.
Namanya juga motor, begitu kata orang-orang berkompromi.
Mengambil arus berlawanan biasanya untuk mengambil jalan pintas agar bisa segera sampai di tujuan.

Pengendara dibawah umur juga banyak yang berseliweran di jalan-jalan raya, bahkan tanpa helm dan kadang seenaknya ketika menyetir.

Buat orang tua yang memiliki anak-anak usia remaja, tolong jangan karena alasan sayang lantas membelikan mereka sepeda motor idaman mereka padahal mereka belum pantas untuk berada di jalanan.
Atau mungkin ingin anaknya terlihat keren dan gagah saat mengendara sepeda motor.
Itu bukan sayang namanya.
Adalah berpikir bijak ketika mendidik dan mebiasakan anak-anak kita akan sesuatu.

Saya ngeri lihat pengendara tanpa helm di jalan raya yang berpapasan dengan truk-truk besar pengangkut barang.
Di Surabaya, kecelakaan antar truk/bis dengan pengendara motor itu banyak.
Dan dipastikan pengendara motor meninggal dunia dengan tragis. Naudzubillahi Min Dzalik.

Pengemudi truk/bis seringnya tidak bisa mendengar suara motor, apalagi motor jenis matic.
Entah karena suara jalanan yang bising atau karena suara mesin truk/bis tersebut yang berisik ditambah truk yang tidak memasang pelindung samping yang memadai karena kebanyakan pengendara motor masuk ke kolong truk. Atau juga pengemudi truk/bis yang mengantuk dan seenaknya di jalan dengan alasan kejar setoran.

Arogansi di jalan.. untuk apa.. untuk gagah-gagahan? Untuk keren-kerenan? Sudahlah…

Membayangkan semua hal-hal remeh itu saya jadi ingat ketika saya ujian praktek mendapatkan SIM A di Polres Magelang. Ketika ujian praktek itu disamping kanan saya duduk polisi penguji yang member instruksi apa yang harus saya lakukan. Saat itu saya lupa memasang seatbelt dan ujian sudah setengah berjalan.
Bapak Polisi itu mengingatkan, mbak kenapa tidak memakai seatbelt?(Tepok Jidat) O iya paaakk.. saya lupaaa..gak papa kan pak??.... Bapak Polisi dengan ekspresi datar stengah galak bilang itu LUPA TAPI FATAL.

Mengendara di arus berlawanan, tidak memakai helm, tidak memakai seatbelt, motor lupa mematikan lampu sign, mengendara saat mengantuk, pengendara di bawah umur, pengendara tanpa SIM, pengendara ugal-ugalan. Semua dianggap remeh oleh sebagian kita, tapi cateettt… fatal kawan.

Naaaahhh….yuk biasakan dijalan safety riding, smart drive, hormati dan hargai sesame pengguna jalan.
Setiap kita mungkin punya keperluan, kepentingan yang mendesak kapanpun, dimanapun tapi semoga kita lebih sabara menata ego kita saat di jalan.
Setiap pengguna jalan memiliki keluarga yang menanti mereka di rumah sama seperti kita. Maka sayangi mereka seperti kita menyayangi diri kita sendiri ketika di jalan.